Jumat, 09 September 2011

Achmad Leikawa – Kapitan Telukabessy

Baju perang milik Kapitan Telukabessy yang masih tersimpan
di rumah tua marga Leikawa (foto: FKSB 2006).

Nama aslinya adalah Achmad Leikawa, anak dari Syekh Barainela  marga Leikawa. Achmad leikawa dilahirkan ditengah-tengah rumah leikawa di Negeri Kapahaha. Ibunya bernama Nyai Luhu berasal dari Huamual. Pada usia 3 tahun ayahnya meninggal dunia, sehingga ia diasuh oleh kakeknya dengan memberikan ilmu agama dan ilmu kapitan.  Sejak kecil Achmad Leikawa sudah menunjukkan sikap ksatria dan pemberani. Ia selalu menggiatkan kawan-kawanya berlatih siasat perang, lomba mendaki, sepak betis, loncat gaba-gaba dan pertandingan sapu lidi.

          Kira-kira pada tahun 1614 M sebuah kapal portugis berlabuh dipantai Hitu, Achmad Leikawa mencoba ilmu yang diajar oleh orang tuanya dengan menyelam ke dasar laut sambil menyerupai seekor ikan dan membawa sebilah pahat dan hamar untuk melubangi kapal tersebut. Karena kapal bergerak, awak kapal memeriksa kapal dan hanya menemukan seekor ikan. Kapal akhirnya tenggelam, para awak mencari jalan untuk menyelematkan diri, dan nakhoda kapal itu diculik kemudian dibunuh, kepalanya dipancung dan diantarkan ke Benteng Kapahaha kemudian dipertontonkan didepan Baeleo Tomasiwalima. Pada saat itu malesi-malesi di Benteng Kapahaha sepakat mengangkat Ahmad Leikawa sebagai kapitan muda dan orang terdepan di Benteng Kapahaha. Pada tahun-tahun itu timbul perang Nusaniwe di jazirah Leitimur, Telukabessy diutus sebagai pimpinan bersama Lekalahabesy, Tuhepopu dan Tumbessi masing-masing dari marga Leikawa, Ollong, Latukau dan Wakan. Yang mengutus ini ialah empat perdana tanah Hitu, untuk membantu empat perdana Nusaniwe, yaitu Patilupa, Latuhalat, Lisakota dan Patinaila. Ketika kekuasaan Empat perdana dihapuskan dengan jatuhnya benteng Wawane melalui instruksi Gubernur VOC Gerard Demmer, maka dibenteng Kapahaha dibentuk sebuah dewan atau lembaga adat yang bernama Saliwangi dan berfungsi sebagai pengganti empat perdana.

          Dalam stuktur lembaga adat saliwangi Telukabessy menempati urutan ke sepuluh yang menangani urusan pertahananan dan Keamanan. Karena VOC memusatkan perhatian untuk menumpas pertahanan Benteng Wawane dan jazirah Huamual, maka pertahanan Benteng Kapahaha diperkuat oleh Telukabessy dan seluruh rakyatnya. Pada tanggal 27 Desember 1637 disaat Kapitan Kakiali di asingkan oleh VOC, Telukabessy mengumumkan perang terhadap Belanda.

          Pada tahun 1643, beberapa benteng perlawanan rakyat telah dikalahkan oleh Belanda termasuk benteng Wawane. Maka Telukabessy mengambil 2 kebijakan.
  1. Mengadakan suatu pertemuan yang dihadiri oleh 13 Kapitan dari selurjuh daerah yang tadinya berjuang secara terpisah dalam bentuk satuan yang diberi nama SIWA LIMA dan pertemuan itu pula  mengukuhkan Telukabessy sebagai Kapitan Besar dengan pusat perjuangan di Benteng Kapahaha.
  2. Pada pertemuan yang dimaksud juga ditetapkan suatu badan pemerintahan mencakup daerah Siwa Lima yang terangkum dalam wadah beserta simbol SOLE PALI HANU SOUHATU.

Pada saat-saat itu Belanda mendirikan markasnya di teluk Telepuan (Sawa Telu) yang dipimpin oleh Jacob Verheiden dan Frans Lindard dan Gerard Demmer sebagai Gubernur di Ambon. Kapitan Telukabessy mengumumkan perang melawan Belanda dengan semboyan kepada rakyatnya Lana mena hiti hala, lisa haulala – Maju terus pantang mundur dengan semangat berapi-api. Kapitan Telukabessy (Achmad Leikawa) membakar semangat rakyat dengan kata-kata penyemangat antara lain Kakula seli eka kula lala- Kemerdekaan hanya dapat ditebus dengan darah. Karena kita telah lewati genggaman portugis, kita sedang berhadapan dengan Belanda. Patia sou asu, patia sou pisu- terlepas dari mulut anjing, tertelan pada mulut ular, Maksudnya bebas dari belenggu portugis, terjajah dengan Belanda.

Perang Kapahaha berlangsung selama 9 tahun yaitu terjadi antara tahun 1637 – 1646. Dalam kapata disebutkan Kupa ai Kapahaha nala nale siwa yaitu sembilan tahun lamanya. Dalam catatan Rumphius yang diterjemahkan : Karena Telukabessy telah umum perang pada tanggal 27 Desember 1637 itu, maka putusan pembesar Belanda agar Kapahaha harus direbut dengan kekerasan. Saat itu gubernur Demmer memberangkatkan 3 buah kapal dan 35 buah kora-kora pada tanggal 13 april berpangkalan di teluk telepuan atau sawatelu. Dan markas mereka bertempat disitu, karena didepan Kapahaha tidak ada tempat mendarat sebab itu sepanjang pantainya tebing-tebing yang curam dan pantai pasirnya sangat sempit diantara batu-batu karang. Waktu itu Jacob Verheiden dengan 210 serdadu matrosnya diberangkatkan dari mamala untuk menyerbu dari belakang benteng Kapahaha, tapi tak ada petunjuk jalan, maka tak berhasil.

          Karena kokohnya pertahanan di Benteng Kapahaha sehingga sangat sukar diterobos oleh pasukan Belanda (VOC). Namun Belanda berhasil menangkap Yata Pori seorang wanita staf penyelidik Kapitan Telukabessy. Pori ditodong dan diberi sekarung beras yang telah dilubangi kemudian dibebaskan. Saat kembali ke Benteng Kapahaha beras  yang jatuh menjadi petunjuk jalan bagi pasukan Belanda untuk masuk ke Benteng Kapahaha.

          Pada pagi hari 25 juli 1646 Pasukan Belanda di bawah pimpinan Kapten Frans Leindard telah berhasil memasuki benteng Kapahaha. Perang berkobar dengan hebat. Dalam kapata diceritakan Letesi sarele elya Kapahaha......nala puti hee hale fajar heelia. Kapal-kapal VOC  menembakkan meriamnya ke arah benteng. Dari belakang Frans Leindard dengan pasukannya melancarkan tembakan pula.

          Saat itu Kapitan Telukabesi memberikia instruksi kepada penghuni Kapahaha yang tidak memegang senjata untuk mencari perlindungan di gua-gua. Dalam Kapata dijelaskan Nunu yambale seli eka pale mahu. Dan sebagian penduduk mengungsi ke Lataela dan yalo uli- Lumai nasi waa elya Lataela lumai nasi waa elya Yalo Uli. Pasukan Kapahaha dan pasukan bantuan makasar yang dipimpin oleh Karaeng Tulis, Karaeng Jipang dan Daeng Mangkapa terus melakukan perlawanan. Pertempuran berlangsung dua hari dari tgl 25-27 Juli. Darah para pejuang telah membasahi negerinya menambah semangat juang pasukan Kapahaha yang bertahan mati-matian, Lisa pasalita nitai rula uli rakula kapa-kapa- korbankan jiwa kita kampung halaman kita demi kemerdekaan. Elia kapahaha lia putu mahalasa- Benteng Kapahaha telah menjadi lautan api. Nahu mata waya bumi yane rasa-mereka bersedih bercucuran air mata jatuh ke Bumi. Pada pertempuran ditanggal 27 Juli  1646 istri Kapitan Telukabessy – Putijah Leikawa Van Derhagen - gugur menjadi Bunga Bangsa. Sedangkan Kapitan Telukabesy selamat dan diamankan oleh Kapitan Patinama, seorang pembantu kapitan Mahubesy. Mereka melalui gunung lataela dan beristirahat di benteng Alaka pulau Haruku. Benteng Kapahaha berhasil direbut oleh Pasukan Belanda, para malesi dan kapitan yang masih hidup beserta rakyat Kapahaha ditawan oleh pihak Belanda.

          Karena rakyat ditawan dan dijadikan sandera maka Kapitan Telukabesi menyerahkan diri sebagai tembusan bagi rakyatnya. Pada tanggal 3 September 1646 Kapitan Telukabessy dijatuhi hukuman  mati oleh Belanda. Sedangkan para kapitan dan malesi yang ditawan dibebas pada tanggal 27 oktober 1646. Sebelum menemui ajalnya ditiang gantungan Kapitan Telukabessy memberikan pesan:

Atumu tapulu himabuku peia maahunia lisa Kapahaha hinia
Kukirimkan sanjungan hormat untuk kampung halamanku serta pejuang-pejuang Kapahaha yang tercinta.
Pamasun Ina Luhu runa yana walia
Ibuku Ina Luhu dan semua keluargaku kupersembahkan keresaanmu
Nusai kakiela kapa lima kapa yai
Tetap bertalian kemerdekaan bangsa dan tanah air serta setia kepada rakyat
Meu rula molo sahi yana walia
Biar korban jiwa dan dilenyapkan bakal ada generasi mendatang.
          Kini perang Kapahaha telah berakhir tapi semangat Kapitan Telukabessi akan tetap terjaga di hati Telukabessy-telukabessy muda.





FKSB 2011

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger