Minggu, 06 Maret 2011

Apakah "Pataniti" Itu Syirik Atau Menyekutukan Allaah SWT?

Seiring dengan perkembangan zaman, banyak pengetahuan yang bermunculan, banyak pemahaman-pemahaman baru yang muncul, dan banyak pula aliran-aliran baru dalam Islam yang dengan mudahnya mengkultus ini haram, ini bid'ah dan itu syirik dan sebagainya, oleh karena itu penulis terdorong untuk menjelaskan semua permasalahan ini di publik, khususnya untuk masyarakat Morella tercinta. Selain 2 topik sebelumnya sudah saya utarakan ada beberapa topik lagi yang akan saya paparkan di media ini yang dimana permasalahan tersebut yang sangat akrab dengan kita masyarakat Morella dan sudah tidak asing lagi, untuk itu marilah kita simak penjelasan dibawah ini.

PATANITI adalah memanggil nama seseorang leluhur kita untuk meminta pertolongan yang kedudukannya tinggi dimata masyarakat Morella dan tentunya berkedudukan tinggi diadapan ALLAAH SWT dari turun temurun hingga kini.

PATANITI jika di dalam bahasa arab adalah ISTIGHATSAH
ISTIGHATSA adalah Memanggil nama seseorang untuk meminta pertolongan. Bagi sebagian kelompok muslimin hal ini langsung divonis syirik. Namun vonis mereka hanyalah karena kedangkalan pemahamannya terhadap Syariah Islam. Pada hakekatnya memanggil nama seseorang untuk meminta pertolongan adalah hal yang dibolehkan selama ia seorang Muslim, Mukmin, Shalih, dan mempunya kedudukan disisi ALLAAH SWT, baik ia masih hidup atau telah wafat. Karena bila seseorang mengatakan ada perbedaan dalam kehidupan dan kematian atas manfaat dan mudharat, maka justru dirisaukan ia telah terjebak dalam kemusyrikan yang nyata, sebagaimana telah difirmankan ALLAAH SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 154 : Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya (Qur'an Al-baqarah ayat 154).
Sebab seluruh manfaat dan mudharat berasal dari ALLAAH SWT. Maka kehiduan dan kematian tak bisa membatasi manfaat dan mudharatkecuali dengan izin ALLAAH SWT. Ketika seseorang berkata bahwa orang mati tak bisa memberi manfaat, dan orang hidup bisa memberi manfaat, maka dikhawatirkan telah jatuh dalam kekufuran karena menganggap kehidupan adalah sumber manfaat dan kematian adalah mustahilnya manfaat, padahal manfaat dan mudharat berasal dari ALLAAH SWT. Kekuasaan ALLAAH SWT tidak bisa dibatasai dengan kehidupan atau kematian. Sama saja ketika seorang berkata bahwa hanya dokterlah yang bisa menyembuhkan penyakit dan tak mungkin kesembuhan datang dari selain dokter. Maka ia telah membatasi kodrat ALLAAH SWT untuk memberikan kesembuhan, yang bisa saja lewat dokter, juga tak mustahil lewat orang-orang kita yang biasa diistilahkan dengan kata "pa'meu" bahkan bisa sembuh dengan sendirinya semuanya atas izin ALLAAH SWT, sebagai contoh: orang yang kena pa'muwat atau santet bisakah disembuhkan dengan dokter? orang pasapela bisakah dengan dokter, yang kena Upas apakah dengan ilmu kedokteran langsung sembuh dengan cepatnya? dari zaman dulu orang kita melahirkan harus dengan dokter yang memakan biaya sampai puluhan juta? tentunya dengan Biang. dan lain-lain penyakitnya.

Terkadang kita tak menyadari bahwa kita lebih banyak mengambil manfaat dalam kehiduan ini dari mereka yang telah meninggal daripada pada yang masih hidup. Sungguh peradaban manusia, tuntunan ibadah, tuntunan kehidupan, modernisasi dan lain sebagainya, para pelopornya telah wafat. Kita masih terus mengambil manfaat dari mereka, baik muslim maupun yang non muslim, sepert teori Einstein dan teori-teori lainnya atau hal yang paling dekat jika tidak ada perjuangan yang gigih dari leluhur kita, saya rasa sampai saat ini kita bisa saja sudah bukan muslim atau sebagainya naa'udzubILLAAHI mindzaalik. Kita masih mengambil manfaat dari yang mati hingga kini, berupa ilmu, kekuatan, jabatan, atau perjuangan mereka. Cuma bedanya dengan para shalihin, para wali, dan muqarrabin kita mengambil manfaat dari iman, amal shalih, dan ketaatan mereka kepada ALLAAH.
Rasul SAW membolehkan istigatsah atau pataniti, sebagaimana sabda beliau SAW, "Sungguh matahari mendekat dihari kiamat hingga keringat sampai setengah telinga, dan sementara dalam keadaan itu mereka beristigatsah (memanggil nama untuk minta tolong) kepada Adam, lalu kepada Musa, dan juga Isa. Kesemuanya tak mampuh berbuat apa-apa lalu mereka ber-istigatsah kepada Muhammad SAW," (shahih Bukhari hadits Ni.1405) Hadits serupa terdapat juga pada Shahih Muslim hadits No. 194, Shahih Bukhari No. 1362, 3182, 4435. Dan masih banyak lagi Hadits-hadits shahih yang menunujukkan ummat manusia ber-istigatsah pada para Nabi dan Rasul. Bahkan pada Adam, "Wahai Adam, sungguh engkau adalah ayah dari semua manusia...(hingga selesai ucapan itu). Adam berkata, "Diriku ... diriku..., pergilah pada selainku," Hingga akhirnya mereka beristigatsah memanggil-manggil Muhammad SAW, dan Nabi SAW sendiri yang menceritakan ini dalam hadits bukan dongeng. Hal ini menunjukkan bahwa beliau tak mengharamkan istigatsah.

Hadits sangat jelas merupakan rujukan bagi istigatsah. Rasul SAW menceritakan orang-orang ber-istigatsah kepada manusia, dan Rasul SAW tak mengatakan syirik. Namun istigatsah atau pataniti di hari kiamat hanya untuk Sayyidina Muhammad SAW.

Diriwayatkan bahwa seseorang dihadapan Ibnu Abbas RA keram kakinya, lalu Ibnu Abbas berkata "Sebut nama orang yang paling kau cintai!" Aorang itu berkata dengan suara keras, "Muhammad!" maka dalam sekejap sembuh keramnya (Diriwayatkan oleh Imam Tabrani dengan sanad Hasan. Juga diriwayatkan oleh Imam Nawawi dalam al-Adzkar). Dalam riwayat ini tidak dikatakan musyrik orang yang memanggil nama seseorang saat mendapatkan kesulitan, justru oleh Ibnu Abbas RA diajarkan hal ini, Ibnu Abbas RA adalah Keluarganya Nabi SAW.

Kita melihat kejadian tsunami di Aceh beberapa tahun yang lalu silam. Air laut setinggi 30 meter dengan kecepatan 300 km/jam, dan kekuatan ratusan juta ton, tak menyentuh masjid tua dan makam-makam shalihin. Bahkan mereka yang lari ke makam shalihin selamat, Inilah isyarat Ilahi bahwa demikianlah ALLAAH memuliakan tubuh yang taat pada-NYA, sehingga tubuh-tubuh tak bernyawa itu ALLAAH jadikan benteng untuk mereka yang hidup. Mereka dijadikan oleh ALLAAH sumber rahmat dan perlindunganNYA bagi yang lari dan berlindung di makam mereka.
Dari kejadian diatas, kita memahami bahwa mereka yang lari dan berlindung kepada hamba-hamba ALLAAH yang shalih selamat. Mereka yang lari di Masjid-masjid tua bekas tempat sujud orang-orang shalih selamat. Mereka yang lari dengan mobilnya tidak selamat. mereka yang lari mencari SAR tidak selamat Pertanyaannya adalah, mengapa ALLAAH jadikan makam sebagai perantara perlindunganNYA? Mengapa bukan orang yang masih hidup? Mengapa bukan gunung atau perumahan,misalnya? Jawabannya adalah bahwa ALLAAH mengajari penduduk bumi ini beristigatsah pada shalihin. WaLILLAAHItaufiq.

Kesimpulannya: Beristigatsah lah kepada para shalihin, tentunya leluhur kita Uka Guru Manaya Telu, Uka Latu Tapi, Uka Guru Manilet, Imam Tuni, dan Para Guru-guru, Kapahaha, Iyal Uli, Niggareta, Puttilessy, mereka semuanya adalah para Shalihin, Para Wali ALLAAH, jadi tidak syirik kan pataniti itu? jika hal ini syirik tentunya sudah dilarang oleh orang-orang tua kita sejak zaman dulu, bahkan Rasul SAW, para sahabat, para Tabi'in. Mereka orang-orang yang faham betul tentang Akidah 'Asy'ari atau Akidah Firqah atau Akidah Syari'atul Muthaharah, Akidah Ahlusunnah wal Jama'ah. Satu saran dari saya pribadi dan harus selalu diingat, Istigatsah/Pataniti dengan membaca Ta'awuuz, Basmalah dan ditambah dengan Shalawat, ini sangat mustajab. dan sebaik-baiknya istigatsah/pataniti adalah istigatsah/pataniti kepada Rasul SAW.

Wassalaam
Penulis: Al Faqiir Tuni Kapahaha



0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger